Melahirkan menjadi waktu yang tak terlupakan dalam hidup saat bertemu si kecil untuk pertama kalinya. Saat itu juga rasa sakit pun hilang seketika setelah melihat wajah mungilnya. Beberapa jam berlalu, rasa lelah pun timbul.
Rasa sakit saat proses persalinan mendadak teringat kembali, nggak jarang inilah yang membuat mama trauma untuk melahirkan lagi.
Ahli kandungan dan kebidanan sekaligus penggagas Bali Water Birth Association, Dr I Nyoman Hariyasa Sanjaya, SpOG mengatakan perkembangan teknologi medis dan keinginan serba praktis tanpa disadari menyebabkan dehumanisasi yakni proses reduksi manusia menjadi robot yang tidak lagi terdiri dari satu kesatuan mind, body, dan spirit.
Melahirkan pun dilihat sebagai peristiwa biologis semata dan hanya mengutamakan keselamatan dan kesehatan Mama dan bayi. Sementara psikis Mama saat melahirkan seringkali terabaikan.
“Sejak tahun 1970-an misalnya, terjadi tren operasi caecar dan intervensi medis yang tidak perlu. Kedua faktor ini diduga kuat ikut menjadi faktor penyebab kegagalan proses menyusui, terjadinya baby blues syndrome pasca persalinan, juga meningkatnya bermacam-macam gangguan penyakit, termasuk alergi dan autisme,” Dr Hariyasa menekankan.
Pengalaman seperti inilah yang kemudian membuat gentle birth menjadi hype sebagai metode melahirkan alternatif. Persalinan dengan metode gentle birth dilakukan bukan di rumah sakit, melainkan di rumah atau tempat yang didesain senyaman mungkin untuk Mama.
Kenapa dibuat nyaman, karena metode persalinan ini sangat memperhatikan semua aspek tubuh manusia secara holistik, baik fisik dan psikologi.
Jadi Mama akan dibuat rileks, nyaman, tenang dan tidak stres. Ada beberapa macam proses persalinan pada metode gentle birth, yuk simak penjelasan berikut ini.
