Tidak ada salahnya mengonsumsi makanan olahan – termasuk selama kehamilan. Makanan olahan biasanya lebih praktis: burger beku jauh lebih mudah dipanaskan dan dimakan daripada burger buatan sendiri yang mengharuskan Mama mengeluarkan food processor dan menyiapkan roti dari awal.
Faktor-faktor seperti pendapatan, akses ke makanan segar, dan keterbatasan untuk menyiapkan makanan rumahan juga dapat mempersulit penghindaran makanan ultra proses ini.
Memiliki akses ke makanan utuh yang diproses secara minimal adalah sebuah keistimewaan. Orang-orang yang tinggal di daerah rawan pangan di mana makanan segar atau utuh kurang tersedia atau yang tidak mampu membeli makanan tersebut akan memiliki akses yang lebih mudah ke makanan ultra proses.
Jika sebagian besar makanan Mama berasal dari makanan yang diproses secara minimal, dan kadang-kadang Mama ingin mengkonsumsi makanan ultra proses seharusnya tidak menimbulkan risiko bagi kesehatan Mama. Namun, mengkonsumsi banyak makanan ultra proses – pada tahap kehidupan apa pun – dikaitkan dengan risiko lebih besar terkena penyakit kardiovaskular, diabetes tipe 2, kanker, kecemasan, dan depresi.
Pola makan yang kaya akan makanan olahan juga dapat mengurangi vitamin, mineral, dan serat yang Mama dapatkan dari makanan segar dan utuh seperti buah-buahan, sayuran, dan biji-bijian utuh.
Lalu bagaimana dengan mengonsumsi makanan ultra proses saat hamil? Sulit untuk mempelajari efek langsungnya karena melakukan penelitian terhadap ibu hamil secara etis rumit.
Sejauh ini penelitian menunjukkan bahwa mengonsumsi makanan ultra proses dalam jumlah berlebihan saat hamil dapat meningkatkan risiko ibu terkena diabetes gestasional dan preeklamsia.
Pada akhirnya, diet seimbang yang penuh dengan makanan kaya nutrisi seperti buah-buahan, sayur-sayuran, biji-bijian utuh, kacang-kacangan, biji-bijian, protein rendah lemak, dan ikan berlemak dianjurkan selama kehamilan untuk mendukung pertumbuhan dan perkembangan janin yang sehat.