- Rhinitis alergi
Artikel glance embed error

Lorem Ipsum is simply dummy text of the printing and typesetting industry. Lorem Ipsum has been the industry's standard dummy text ever since the 1500s, when an unknown printer took a galley of type and scrambled it to make a type specimen book. It has survived not only five centuries, but also the leap into electronic typesetting, remaining essentially unchanged. It was popularised in the 1960s with the release of Letraset sheets containing Lorem Ipsum passages, and more recently with desktop publishing software like Aldus PageMaker including versions of Lorem Ipsum
Lorem Ipsum is simply dummy text of the printing and typesetting industry. Lorem Ipsum has been the industry's standard dummy text ever since the 1500s, when an unknown printer took a galley of type and scrambled it to make a type specimen book. It has survived not only five centuries, but also the leap into electronic typesetting, remaining essentially unchanged. It was popularised in the 1960s with the release of Letraset sheets containing Lorem Ipsum passages, and more recently with desktop publishing software like Aldus PageMaker including versions of Lorem Ipsum
Lorem Ipsum is simply dummy text of the printing and typesetting industry. Lorem Ipsum has been the industry's standard dummy text ever since the 1500s, when an unknown printer took a galley of type and scrambled it to make a type specimen book. It has survived not only five centuries, but also the leap into electronic typesetting, remaining essentially unchanged. It was popularised in the 1960s with the release of Letraset sheets containing Lorem Ipsum passages, and more recently with desktop publishing software like Aldus PageMaker including versions of Lorem Ipsum
1. Cerita mandy.cj yang mengalami Rhinitis dan memutuskan untuk operasi

“Aku punya Rhinitis! Stuffy nose, ke mana-mana selalu meler banget. Nafas selalu pake mulut, sama nggak pernah bisa napas 100% karena dalamnya lendir,” curhat @mandy.cj dalam unggahan di akun TikTok miliknya.
Setelah 22 tahun lamanya, Mandy akhirnya memutuskan untuk melakukan operasi demi membuat dirinya bisa bernapas normal layaknya kebanyakan orang. Bahkan, Rhinitis juga turut membuatnya kesulitan makan, mudah bersin, dan sakit-sakitan.
Operasi yang dilaluinya hanya memakan waktu selama 30 menit. Selepas operasi, Mandy hanya diperbolehkan mengonsumsi makanan bertekstur lembut. Pasca operasi juga membuat Mandy untuk pertama kalinya dapat bernapas dengan lega melalui hidung.
“Setelah 22 tahun akhirnya bisa merasakan hirup 100% oksigen sedalem ini sampai bisa rasain itu angin masuk ke hidung terus ke tenggorokan sampai paru-paru dan keluar lagi menjadi karbondioksida tanpa adanya lendir,” tulis @mandy.cj.
Menurut Mandy, bebas menghirup oksigen diibaratkan sebagai berkah terbaik yang diberikan Tuhan. Operasi yang dijalaninya tersebut juga tak hanya berdampak pada kemudahannya dalam menghirup oksigen melalui hidung, tetapi juga rasa makanan yang masuk ke dalam mulutnya terasa lebih nikmat.
“Makanan juga jadi enak banget karena bisa nafas sambil makan. Dulu tuh susah napas karena selalu napas pake mulut,” kata @mandy.cj.
“Gue senang banget. So grateful sekarang bisa napas se-normal orang. Breathing is such a privilege. Indahnya itu bisa napas,” lanjutnya.
2. Mengenal apa itu Rhinitis

Mengutip dari Siloam Hospital, Rhinitis merupakan sebuah kondisi di mana lapisan lendir hidung mengalami peradangan. Lapisan lendir hidung memiliki peran untuk menghasilkan cairan tipis dan transparan yang berfungsi mencegah benda asing masuk ke hidung serta saluran pernapasan.
Peradangan yang terjadi dapat memicu produksi lendir secara berlebihan. Sehingga, lendir yang normalnya bening dan tipis lama kelamaan menjadi tebal serta berwarna kekuningan. Apabila berlangsung dalam waktu lama, maka Rhinitis dapat berujung pada sinusitis hingga polip hidung.
3. Penyebab Rhinitis terbagi menjadi dua

Jika dilihat dari penyebabnya, Rhinitis terbagi menjadi dua, yaitu Rhinitis alergi dan non alergi. Berikut penjelasan selengkapnya:
Rhinitis alergi atau hay fever disebabkan karena paparan alergen, seperti debu, tungau, serbuk sari, bulu binatang, atau alergen lainnya. Dalam kondisi ini, sistem imun tubuh keliru mengenali zat tersebut sebagai zat asing yang perlu dikeluarkan,
Sehingga, tubuh menimbulkan reaksi alergi berlebih yang berujung pada peradangan lapisan hidung. Alhasil, sensitivitas pada slauran pernapasan pun meningkat.
- Rhinitis non alergi
Rhinitis nonalergi disebabkan karena perubahan cuaca, obat-obatan, kondisi medis, perubahan hormon, makanan, dan aroma tertentu. Kondisi ini kerap dialami oleh anak-anak dan orang dewasa di atas 20 tahun.
Pada dasarnya, rhinitis alergi dan non alergi memiliki gejala yang serupa, sehingga hanya bisa didiagnosis melalui pemeriksaan oleh tenaga ahli.
4. Faktor risiko dan gejala Rhinitis

Terdapat beberapa kondisi yang dapat meningkatkan risiko Rhinitis, sebagai berikut:
- Alergi
- Infeksi virus
- Paparan asap rokok atau polutan lain
- Riwayat keluarga dengan alergi atau rhinitis
- Perubahan cuaca
- Pekerjaan di industri kayu atau yang berisiko terpapar zat tertentu
- Perubahan hormon pada saat kehamilan
- Penggunaan obat-obatan tertentu.
Kemudian, ada pula sejumlah gejala yang sejatinya dialami oleh penderita Rhinitis, berikut di antaranya:
- Pembengkakan pada kulit di bawah mata
- Batuk
- Bersin-bersin
- Pilek
- Gatal pada hidung, tenggorokan, dan rongga mulut
- Hidung tersumbat
- Kelelahan
- Konjungtivitis alergi (mata berair, gatal dan merah).
















